Sabtu, 02 Oktober 2021

ABG POLOS JADI BUDAK


Hari inilah Ivana berjanjian dengan cowok yang dikenalnya di chatting, mungkin itu juga jantung Ivana berdetak kencang meskipun dalam keadaan santai berendam di kamr mandi, nama cowok yang dikenalnya juga belum tau nama aslinya yang menarik dari nicknamenya adalah Roni si penjahat kelamin yang mengaku namanya dengan Alexander.

“Ahhhhh… “ Ivana mengurut-ngurut vaginanya yang sambil membayangkan percakapannya kemaren semalaman. Dia sangat dominan, tegas tapi adil, dan tahu apa yang diinginkannya dan membawanya, sama seperti bagaimana penguasa seharusnya.

Terasa vaginanya berdenyut-denyut, yah vagina Ivana memang berbeda dengan vagina kebanyakan gadis, dinding vaginanya sangat tebal sehingga memungkinkan cengkraman yang erat bagi setiap penis yang masuk ke dalamnya, namun belum seorangpun yang pernah memangsa vagina mulusnya.

Mungkin ini disebabkan karena Ivana yang merupakan siswi tercerdas di sekolahnya. Sehingga selalu mendapatkan kelas unggulan dan akibatnya selama ia 3 kali pacaran semuanya cowok-cowok kutu buku, jangankan menyentuh vaginanya, mencium bibirnya saja mantan pacarnya tidak berani.Ia merasa bosan dengan kehidupan sehari-harinya yang menuntutnya harus bertindak bagaimana layaknya gadis golongan atas, terlebih kedua orang tuanya sering tidak di rumah sibuk dengan bisnis mereka. Seringkali Ivana hanya melampiaskan nafsunya yang menggebu-gebu dengan bermasturbasi sambil menonton video-video porno baik jenis western XXX maupun JAV di kamarnya.

Ia merasa beruntung berkenalan dengan Alexander, teman cybersex yang sangat agresif.

“Meonggg…meong…meongg….” ringtone ponsel Ivana Berbunyi

Ivana segera tersadar dari lamunannya di kamar mandi setelah mendengar polselnya yang berbunyi tiba-tiba, namun ia tidak segera mengambil ponselnya di kamar, karena ia masih mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu lalu mengambil handuk. Sementara itu polselnya terus berbunyi. Akhirnya setelah membalut tubuhnya dengan handuk ia segera mengangkat polselnya.

“haloo,,selamat pagi ini siapa ya ?”

Mendadak muka Ivana berubah pucat rupanya yang menelpon adalah “Alexander si Penjahat Kelamin”. Ia membentak-bentak Ivana karena keterlambatannya. Ivana harus segera menemuinya di alamat XXX,jalan x kurang lebih 60 KM dari tempat tinggalnya sekarang.

Sebagai hukumannya dilarang menggunakan celana dalam dan BH saat pertemuannya nanti. DEG…Jantung Ivana kemudian berdetak dengan kencang nafsunya segera menguasainya membayangkan apa yang akan terjadi padanya nanti.

“Baik Tuan Alexander, hamba segera menuju lokasi” jawabnya sedikit gugup

Segera ia memacu mobilnya menuju alamat tersebut kurang lebih 1 jam ia sampai ke lokasi tersebut. Ternyata alamat yang diberikan Alexander berada di pondok yang berlokasi di sebuah bukit dengan pemandangan sangat bagus namun berada di pinggiran hutan yang jauh dari pemukiman penduduk. Ivana segera memarkir mobilnya kemudian menelpon Alexander.

“Tuan hamba sudah disini, tuan dimana”

“Masuk saja ke kamar nomor 2 di lantai atas tunggu saya disana, Pelacur !!”

“Ivana sebenarnya tersinggung direndahkan seperti itu ia lalu terdiam sejenak ia mulai berpikir untuk mengurungkan niatnya bertemu, namun nafsunya yang menggebu telah menguasainya benar-benar tidak sabar untuk disetubuhi oleh Roni si Penjahat Kelamin.

“Kenapa diam, pelacur ayo masuk !!.

“Ya tuan.. saya Pelacur.. Setubuhi saya.. Hamili saya tuan” seolah ia tidak sadar berkata seperti itu
Vaginanya yang terus berdenyut membuat ia kehilangan kontrol atas tubuhnya mendapat perlakuan selayaknya pelacur, membuat vaginanya tidak sabar untuk segera diperawani tuannya. Sambil berjalan memasuki rumah ia membayangkan adegan video video bondage kesukaannya.

Ivana kemudian sampai ke depan kamar nomor 2 ia kemudian perlahan membuka pintu dan masuk ke dalam. Namun tidak seorangpun ada di dalam kamar tersebut yang ada hanyalah ranjang empuk berukuran besar, meja rias cermin dan kerangkeng besar dalam kamar berukuran 4×4 m itu. Ia kemudian duduk di tepian ranjang. Kemudian teleponnya berbunyi

“Pelacur.. buka seluruh pakaianmu lalu buang jauh-jauh keluar jendela, kalau tidak aku cincang tubuhmu disini” sahut suara disana.

Ivana yang ketakutan segera menanggalkan semua pakaiannya dan membuangnya lewat celah kecil di jeruji jendela sesuai dengan yang diperintahkan. Ia benar benar seperti kerbau yang telah dicolok hidungnya.

Tubuhnya yang bugil dengan bulu yang lebat di vaginanya benar-benar mengundang gairah setiap pria yang pasti bernafsu untuk menidurinya. Lalu perlahan ia mendengar suara langkah kami berat yang menuju kamar tersebut.

Jantung Ivana berdetak dengan kencang, vaginanya semakin basah. Pintu kamarnya dibuka perlahan, Ivana yang gugup dan mukanya merah membenamkan wajahnya ke bantal. Ia merasakan ada seseorang masuk ke kamar itu lalu mengunci kamar itu dan mendekat ke tubuhnya.

Ivana belum berani untuk memalingkan tubuhnya dari bantal. Tiba-tiba ada tangan besar memegang bokongnya dan tanpa sungkan-sungkan langsung mencolok lubang anusnya dengan jari tengahnya . aaaahh.. Ivana kesakitan tapi vaginanya yang berdenyut membuat ia membiarkan pelaku untuk melanjutkan mengobok anusnya.

“Ahhhhhh… ahhhhh…. Sakittt…..Tuan…!!” rintihnya

Ivana kemudian memalingkan wajahnya untuk melihat seperti apa gerangan manusia yang akan menjadi pejantannya itu. Mendadak lemas tubuh Ivana karena pejantan yang ia bayangkan yaitu lelaki tampan yang berotot tidak menjadi kenyataan.

Yang ada di hadapannya justru adalah pria bule sangat gemuk yang buruk rupa yang siap memperkosa dirinya. Kakinya lemas tidak bisa digerakkan ingin rasanya ia segera kabur dari tempat itu. Namun rasanya tidak mungkin sebuah jari tengah kini telah terlanjur menancap di lubang pantatnya.

“Ahhhh.. ahhh… Sakitt lepaskan..” Ivana meronta-ronta berusaha lepas, tidak terasa air matanya pun menetes.

Pria itu, Alexander, adalah seorang ekspatriat yang bekerja di sebuah perusahaan di Indonesia. Seorang pengidap kelainan seksual yang suka menerapkan sado masochist terhadap pasangan seksnya. Para wanita lokal yang pernah ia kencani banyak yang tidak tahan dengan siksaan-siksaannya ketika berhubungan seks.

Bosan dengan para wanita yang biasa ia temui di kafe dan tempat dugem, ia mencari pasangan lain melalui fasilitas internet. Ivana lah yang menjadi korbannya dan Alexander sendiri memang ingin mencicipi anak sekolah Indonesia.

Setiap kali chatting mereka tanpa ragu mengeluarkan kata-kata jorok dan cabul, sisi liar dalam diri Ivana membuatnya menikmati semua ini hingga akhirnya pertemuan pertama mereka ini.

Ivana kini tidak ada pilihan lain lagi selain melayani bule gendut ini, pintu telah tertutup rapat, yang ada kini adalah ia mesti pasrah melayani tuannya di kamar yang sempit ini.

Alexander segera membenamkan wajah Ivana di dadanya yang berbulu membuat gadis itu kehabisan nafas hingga ia meronta-ronta. Sungguh tubuh Ivana yang mungil memang bukan tandingan badan besar si Alexander. Kemudian jari tengah Alexander dengan kasar menusuk vagina Ivana lalu mengobok-oboknya.
“Rasakan ini pelacur, hahaha!” tawanya penuh kemenangan

“Aaahhhhhh… ampunnn … ahh,,, oohh…tuan tolong hentikan!” erang Ivana mengiba

Badan gadis itu mengejang, vaginanya terasa sakit, namun ia bergetar menerima kenikmatan yang luar biasa tidak bisa ia tahan. Tiba-tiba, ia melihat penis besar si bule mulai menegang. Luar biasa besarnya benda itu, kira-kira 20 cm tidak seperti bayangannya karena penis orang gemuk biasanya kecil.

Ivana pun bergidik ngeri membayangkan sebentar lagi penis itu yang akan mengairi rahimnya namun ada gejolak nafsu yang membuatnya ingin segera disetubuhi.

“Hei, nikmat ya pelacur. Mulai sekarang kamu adalah budak seks saya!” kata Alexander, “apapun yang saya perintahkan you harus ikuti. kamu tidak bisa keluar dari sini selamanya. Understand?!”

“Mengerti tuan… ahhh!” erang Ivana lagi ketika jari tengah Alexander masuk semakin dalam hampir merobek selaput daranya.

“Mulai sekarang, Kamu cuma boleh minum air sperma saya dan air ludah saya. Karena kamu budak saya mengerti. Jadi minum sebanyak-banyaknya agar kamu tidak mati kehausan.. Mengeti Budak !!!”

“Aahhh….iya, mengerti Tuan.. saya budak tuan… siap jadi memuaskan tuan selamanya.. setubuhi saya tuan!

Alexander mendorong tubuh Ivana hingga ia terbanting di kasur yang sangat empuk. Segera tubuh besar Alexander menindih tubuh munggil Ivana. Badan Ivana terasa remuk semuanya, beruntung ia tidur di atas kasur yang sangat empuk jika tidak mungkin ia sudah pingsan kehabisan nafas.

Penis besar Alexander masuk perlahan di vagina Ivana. Gadis itu pun berkelojotan, badannya kembali menegang menahan rasa nyeri vaginanya diterjang penis gemuk itu.

“Aaahh…pelan-pelan tuan…sakit!!”

Dengan kasar Alexander menekan-nekan penisnya ke vagina mungil di hadapannya namun ia kesulitan memasukannya. Bule gendut itu pun semakin buas, baru kali ini ia dapat menikmati tubuh perawan secantik Ivana. Seperti binatang lapar, Alexander kembali menghujamkan penisnya sekuat tenaga.

“Aahhhhhhhh..sakitt tuaann!!” jerit Ivana

Penis besar itu berhasil masuk merobek selaput perawannya. Alexander menikmati jepitan dinding kemaluan gadis itu beserta selaput keperawanannya dan ia terus bertahan di situ tanpa melakukan satu gerakan apapun terlebih dahulu.

Ia masih belum rela melepaskan kenikmatannya yang tak terlukiskan oleh kata-kata tatkala dinding keperawanan gadis korbannya itu sangat memberi kelembutan serta kehangatan yang tiada terkira untuknya.
Sebab ia tahu apabila begitu batang pelir yang telah terbenam seluruhnya kini ke dalam dasar kemaluan dara itu ia tarik ataupun dicabut, maka kesuciannya akan terenggut sudah. Rasanya tak ada satu kenikmatan apapun di belahan bumi ini yang mampu menandingi merenggut keperawanan seorang gadis muda.

Ia juga ingin memberi kesempatan kepada gadis belia yang dinodainya itu agar menyesuaikan diri terlebih dahulu dengan ukuran penisnya yang begitu besar.

Bibir kemaluan Ivana nampak ikut melesak masuk ke dalam pula tatkala dipaksa harus menelan batang penis lelaki itu yang kini sudah menancap pada vaginanya disela-sela kedua belah pahanya yang terbuka.

Kenikmatan demi kenikmatan yang dirasakan oleh Alexander ternyata sangat bertolak belakang sekali dengan apa yang dirasakan gadis muda belia itu kini. Ia yang baru kali ini disetubuhi oleh seorang lelaki begitu merasakan kesakitan yang amat tak terperikan.

Erangannya seolah mengiringi kemenangan bule bejat itu yang berhasil menaklukkannya dan membuat gadis itu dengan terpaksa merelakan keperawanannya tanpa ampun di bawah dekapan lelaki bajingan yang menjadikannya budak seks.

Sementara rambut hitam panjang sebahu Ivana terlecut-lecut mengikuti arah kepalanya yang terus terbanting-banting di atas kasur. Tak terasa air mata membasahi kedua pipi mulusnya karena menahan rasa sakit pada vaginanya.

Alexander mendekap tubuh telanjang dari Ivana yang kini berada di bawahnya dan dada bidang perkasa nan sarat dengan bulu-bule lebatnya itu menekan kedua belah payudara korbannya. Wajah lelaki itu menelusuri leher jenjang kanan yang begitu halusnya dari si gadis sehingga membuat kepala Ivana tak lagi dapat bergerak kesana kemari.

Dijilatinya leher jenjang sang perawan itu dengan rakusnya dari pangkal telinga sampai pundak kanannya, melumuri area itu dengan air liur kemenangannya. Puting susu sebelah kiri gadis itu yang semakin mekar ranum memerah dipilin oleh pertemuan ibu jari dan telunjuk tangan kanannya yang kasar, dengan gencar diremas-remasnya bongkahan daging susu yang masih mencuat indah keatas dan sama sekali belum kelihatan turun sama sekali serta masih berbentuk bulat kenyal dan memadat indah mempesona nan menghiasi bagian dadanya yang jatuh dalam dekapan si bule jahanam itu.

Celana dalam yang tersumpal di belahan mulut mungilnya ditarik lepas dan langsung tergantikan oleh ciuman ganas penuh birahi yang luar biasa buas dari sang durjana kepada korbannya sebelum gadis itu sempat mengeluarkan erangan dan rintihannya kembali.

Kedua bibir dari insan berlainan jenis ini bertemu seketika dalam peraduan adegan indah persetubuhan nan terlarang itu. Lidah lelaki itu telah memasukki rongga mulut mungil sang dara yang terpejam erat dan menari-nari di dalamnya berusaha mengait-ngait lidah wanita yang masih belia tersebut nan telah dicicipi kehangatan dan kelembutannya saat tadi mengulum batang penisnya.

Terus didera bertubi-tubi ciuman si bule bejat, kini Ivana hanya bisa pasrah merelakan lidahnya yang telah dikaitkan oleh tarian lidah lelaki tersebut yang elastis, kadang bisa dibuat tegang kaku saat waktu lalu digunakan menyodok-nyodok celah lubang duburnya, kadang pula lemas seperti tali yang meliuk-liuk maupun mengait lidah mungilnya kini.

Setelah dirasanya telah puas mencicipi keperawanan sang dara, kini penis yang cukup lama terbenam di dasar vagina gadis itu kini ditariknya perlahan dan kelamin mereka yang tadinya melekat erat seakan telah menjadi satu itu mulai terpisah.

“Psshh…! sleph!”, suara yang ditimbulkan dari pelepasan batang penis yang tertancap pada kemaluan sang perawan itu begitu sangat khas sekali di telinga dan proses terenggutnya kesucian gadis itu dimulai.

Kini seiring dengan pergerakan penis Alexander yang telah keluar sepertiga dari ukuran batangnya dari dalam belahan intim kemaluan gadis itu yang merekah membuat bibir-bibir vagina korbannya menjadi ikut tertarik sampai monyong ke depan.

Bersamaan itu pula dari sela-sela lubang vaginanya dimana kulit-kulit penis bajingan itu bersarang didalamnya, kini tampak berkilat-kilat basah oleh lendir vaginanya yang melumasi jajaran tonggak daging pelirnya mulai menetes darah segar kesuciannya yang pada akhirnya berhasil direnggut paksa jua dari tubuhnya.

“Mmpphff! Ugh! Ughff!!”, itulah suara rintihan Ivana yang terdengar saat keperawannya telah terenggut seutuhnya oleh si bule jahanam ini, sementara sela-sela vaginanya yang telah diluluh lantakkan itu masih berdesis-desis tatkala melepaskan batang penis lelaki tersebut dari vaginanya diiringi senyum kemenangan Alexander.

Betapa Ivana merasa dirinya benar-benar rendah karena telah jatuh dalam pelukan pria asing yang sama sekali tak dikenal apalagi dicintainya, namun tubuhnya telah dinodai olehnya dan semua yang ada di ketelanjangannya berbaur sudah.

Tak ubahnya tubuh gadis itu adalah tubuh lelaki itu, demikian pula sebaliknya, tubuh lelaki itu adalah merupakan bagian dari tubuhnya kini. Namun parahnya ia malah menikmati semua ini, tubuhnya tidak bisa berbohong, rangsangan-rangsangan itu telah membuatnya menggeliat-geliat nikmat.

Ivana bahkan berkhayal andaikata saja tiada norma-norma atau apapun yang mengaturnya bagaimana harusnya pria dan wanita, maka ia akan meminta jatah birahi padanya setiap malam, dan aku akan melakukan apapun untuk meraih kepuasan.

Ia akan rela pria gemuk ini mengenjot terus tubuh telanjang mudanya yang aduhai begitu sempurna keindahannya sampai sang pagi datang menjelang.Mulut lelaki itu kini melahap belahan payudara kanannya dan menelan puting susunya sekaligus, lalu disedot-sedot dengan buas penuh dengan nafsu hewaniah.



Tubuh telanjang Ivana sampai menggeliat-liat dibuatnya seiring dengan dimulainya hentakkan pinggul lelaki itu di antara kedua kaki indah itu. Ikatan tambang yang mengikat erat kedua kakinya ini kini dilepaskan oleh Alexander karena ia telah yakin bahwa kini korbannya telah takluk pada kejantanannya.

Derai-derai air mata di pipi mulusnya itu telah dibersihkan pula oleh telapak tangannya yang besar. Sepasang betisnya yang masih mulus terbentang kencang itu kini dikepitnya di antara kedua ketiak dari lengan perkasanya kiri dan kanan. Kaki-kaki indah yang terjepit ketiak itu tampak bergerak-gerak seiring hujaman lelaki bajingan itu pada lubang vaginanya dan tubuhnya yang sudah bermandikan oleh peluh persebadanannya itu terhempas-hempas dibuatnya.

“Oh seperti inikah yang dinamakan kenikmatan diperkosa? Tak mau tapi mau juga akhirnya?” tanya Ivana dalam hati.

Dengan posisi setengah jongkok Alexander terus menggenjot tubuh Ivana yang masih begitu kencang dan padat di usia mudanya. Kedua tungkai paha gadis itu kini ditekan oleh kedua tangannya sehingga kangkangannya semakin jelas dan lebar dengan kedua tumit kaki indahnya bertumpu pada kedua belah pundak lebar si bule bejat tersebut.

Wajah cantiknya yang tergerai rambut hitam panjangnya semakin menengadah ke langit-langit. Kedua kakinya semakin tertarik ke atas bertopang pada pundak kiri dan kanan sang lelaki jahanam yang telah leluasa menikmati kehangatan tubuh mudanya itu.

Alexander terus menahan penisku di dalam vagina Ivana, menikmati sensasinya, menikmati setiap erangan dari mulut gadis itu. Ia lalu mulai bergerak lagi, memperkosa dia pelan-pelan, lalu brutal dan menyakitkan, merasakan kenikmatan yang makin memuncak,

Merasakan orgasmeku yang kian dekat, pria itu tahu sebentar lagi akan keluar, maka ia pun mengeluarkan semua spermanya di dalam vagina Ivana. Mulut Alexander makin keras menyedot leher jenjang Ivana dan mulai mengigitnya.

Alexander pun akan meledak sebentar lagi, ia mendengus bagaikan banteng, otot pahanya menegang ketika penisnya berdenyut-denyut tak terkendali di dalam vagina gadis itu, menyemburkan sperma demi sperma ke rahimnya yang baru saja ia perawani, kenikmatan yang amat sangat seakan-akan menyakitkan tubuh Ivana, membuat nafasnya tersengal-sengal.

Ivana sangat sadar bahwa ia sudah mengalami orgasme dan Alexander merasa sangat nikmat karena dengan begitu dia tahu bahwa ia sudah menaklukan gadis itu dan telah menyetubuhi dan meyemburkan spermanya ke dalam tubuhnya.

Tubuh gendut Alexander terbaring selama beberapa saat, lemas karena kenikmatan yang bertubi-tubi. Alexander lalu mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Ivana, penisnya masih keras dan tegang waktu ditarik dari vagina Ivana.

Ia berdiri dan memperhatikan Ivana, tubuh seksi yang baru saja ia nikmati, dipandanginya kaki Ivana yang ramping, yang sekarang tertekuk tak berdaya, pinggulnya yang bulat, perutnya yang rata, buah dadanya yang masih bergerak naik turun, pada wajahnya yang imut yang semakin cantik dengan rasa sakit dan air mata.

“Hehehee…you enjoyed it ha?” tanyanya sambil tersenyum mengejek.

Ivana mengangguk lemah ke arah Alexander yang tersenyum dan mengangkat tubuhnya dengan tangannya. Ivana sempoyongan dipegangi oleh Alexander di lengannya. Ia menyeretnya ke meja di sudut ruangan.

Ivana pasrah ketika pria itu membungkukan tubuhnya ke meja, hingga sekarang mulai pinggang hingga kepala ia terbaring menelungkup di atas meja, semetara kakinya masih di lantai.

“Wait a moment, pelacur hehehe!” katanya sambil mengambil pita perekat dari laci meja itu dan mengikat kedua pergelangan tangan Ivana jadi satu.

Setelah selesai ditariknya tangan gadis itu hingga tergantung di sisi lain meja, sekarang kepala Ivana tergantung di pinggir meja, buah dadanya menjadi bantalan bagi tubuhnya di meja, menempel pada meja kayu jati itu.

“Nice ass…pantatnya yang hebat!”, kata Alexander sambil meraba dua bulatan pantat Ivana.
Ivana memang punya pantat yang sempurna, apalagi kalau dibandingkan dengan tubuhnya yang ramping, bentuknya sempurna, penuh, lembut, halus dan tanpa noda.

Alexander meraba, meremas dan menarik pantat Ivana, membuat Ivana melonjak di meja. Penis Alexander telah mengeras lagi dan ia siap memasukkan benda itu ke tubuh Ivana. Ia jambak rambut panjang Ivana sehingga gadis itu merintih, tangan pria itu yang satunya mendorong masuk penisnya ke vagina Ivana.

Gadis itu merasakan sakit yang luar biasa waktu penis si bule bejat itu masuk ke tubuhnya, walaupun vaginanya telah basah dengan sperma dan darah perawannya. Wajah Ivana mengerenyit dan gemetar, erangan keluar dari mulutnya pada saat bersamaan.

Alexander juga mengerang, setelah itu terdengar suara daging bergesekan dengan daging. Ia mulai memperkosa Ivana dengan brutal dari belakang, seperti seekor anjing, sementara tangannya terus menarik rambut panjang gadis itu.

Rasa sakit dan sengsara terlukis bergantian di wajah Ivana, matanya terbelalak karena sakit dan shock, mata yang bulat hitam dan berkilat karena air mata, bibirnya membentuk huruf ‘O’ sambil menjerit kesakitan.

Alexander memang sudah tidak menjambak rambutnya, sebagai gantinya ikat pinggangnya ia ayunkan ke punggung atau pantat gadis itu. Alexander mendengus dan mendengus lagi, dia baru saja ejakulasi di vagina Ivana, dan Ivana juga menyadarinya, dan ia lalu memejamkan matanya yang berlelehan air mata dan kembali menangis tersedu-sedu, dan setiap pecutan Alexander mengayun, tangis kesakitan kembali terdengar dari mulut gadis itu.

“Ini benar-benar asyik…great!!”, kata Alexander sambil masih melihat ke pantat Ivana.

Alexander menarik Ivana dengan menjambak rambutnya, membuat kepala gadis itu terangkat dan kemudian dadanya, membuat dada yang tadi tertindih menyembul tegak lagi.

“Aaaahhh…sakittt!!” jeritnya

Dengan kasar pria itu mendorong tubuhnya ke lantai. Rambut Ivana menutupi wajahnya sementara tangannya yang masih terikat menumpu tubuhnya yang terbaring miring, dan kakinya yang indah menekuk di lutut.

Alexander berjalan memutar dan mendorong kursi besar dari kulit dari balik meja itu ke depan Ivana. Kemudian ia duduk di kursi itu, merosot sedikit, dan memegang penisnya hingga mengacung ke atas.

“Coba kamu ke sini Ivana”, katanya, mata pria itu sangat penuh birahi, “dan kulum ini kontol!”
Ivana pun termanggu, antara menurut dan menolak. Ia terisak sekali dan kemudian mulai bergerak, merangkak dengan lututnya, menuju ke arah bule bejat itu, rambutnya yang panjang menempel di wajah, buah dada dan punggungnya.

Ketika ia sampai di dekat Alexander dan ia meraih penisnya di pangkalnya dengan tangannya yang terikat, setelah itu membuka bibirnya lalu mendorong mulutnya ke penis itu. Dalam posisi berlutut, kepalanya mengangguk-angguk ketika ia mengoral Alexander, pipinya kembung kempes menghisap dan mengulum penis itu, sebagian rambut jatuh di wajahnya.

“You don’t know how to suck cock ha?”, kata Alexander, sambil memandang gadis itu, tangannya meremas rambut Ivana, ia merasa kurang puas dengan teknik oral Ivana yang masih amatir.

“Saya akan ajar you cara muasin saya hehehehe…” Ivana merintih mendengar perkataan pria itu karena jambakannya makin keras, matanya mengikuti pandangan Alexander yang sedang melihat ke ikat pinggang yang tergeletak di lantai.

Pria itu mengambil ikat pinggang tersebut, melihat tubuh Ivana gemetar lagi seakan tahu apa yang akan terjadi sebentar lagi, kepalanya bergerak makin cepat di penis Alexander, hampir putus asa, ia tidak ingin dipecuti lagi.

Tangan Alexander mengayunkan ikat pinggang ke punggung dan pantatnya, ctar….ctar…. tubuh Ivana pun melonjak kesakitan sementara lolongan kesakitan terdengar dari tenggorokannya, diredam oleh penis pria itu yang masih ada di mulut Ivana.

Bekas memar kemerahan pun menodai kulitnya yang putih mulus. Ketika menjerit kedua kalinya, dan yang ketiga ketika ikat pinggang itu mendarat ke pahanya, kepala Ivana terlonjak sedikit ketika pria itu menekan kepalanya turun ke pangkal penisynya.

Jeritan Ivana berubah menjadi batuk dan suara tersedak, penis itu rupanya masuk hingga tenggorokannya. Benjolan kepala penis Alexander di tenggorokan Ivana terlihat, mata gadis itu membeliak-beliak, tubuhnya meronta-ronta karena rasa sakit, panik dan kekurangan udara, tangannya menggapai-gapai, terlalu takut untuk mendorong tubuh Alexander yang dengan tangannya menahan kepalanya agar tetap di pangkal penisnya.

Alexander mengayunkan ikat pinggangnya lagi, membuat suara jeritan terdengar lagi ketika ujung ikat pinggang itu menghajar punggungnya yang mulus. Alexander menyeringai menikmati korbannya menderita di bawah siksaannya.

Alexander memang masochist tulen yang menyukai permainan kasar dalam seks. Dengan kedua tangan di sisi kepala Ivana, ia remasi rambut gadis itu dan menggerakkan kepalanya di penisnya, menghunjamkan wajahnya ke selangkangannya ketika ia memasukkan seluruh penisnya hingga ke tenggorokan si gadis.

Tubuh gadis itu pun gemetar, mengejang dan berkeringat, pantat dan paha Ivana sudah bilur-bilur kebiruan karena terus dipukuli. Alexander terus menghunjamkan wajah Ivana ke pangkal penisnya dan sekarang menahannya di situ

“Aaahhhh…fucking cummm…eat this bitch!!” erang Alexander yang ternyata sedang ber-ejakulasi di tenggorokan Ivana, ia menggeram ketika ia terus menahan kepala Ivana.

Alexander memberi jeda waktu pada Ivana untuk batuk-batuk dan mengambil nafas setelah memuntahkan lahar putihnya di mulut gadis itu.

“You suka itu kan?” ejek bule bejat itu.

Ivana tidak menjawab, nafasnya naik turun tak teratur. Siksaan tadi benar-benar membuatnya menderita, namun entah mengapa dalam hati kecilnya ia diam-diam menikmatinya juga.

Jenuh terus dipandang tinggi di sekolah sebagai siswi berprestasi dan di rumah sebagai gadis baik, ia menikmati sensasi baru direndahkan sebagai budak seks.

“Now you naik ke kontol saya pelacur!!” Alexander menarik tubuh lemas Ivana kembali ke ranjang lalu ia menjatuhkan diri telentang dan gadis itu di atasnya.

Tanpa disuruh lagi Ivana meraih penis pria itu dan mengarahkannya ke vaginanya.

“Eeemmmhhh…!!” desahnya ketika penis itu melesak masuk ke liang senggamanya.

Alexander memulai dengan menyentakkan pinggul ke atas sehingga penisnya menancap dalam ke vagina gadis itu. Tak lama Ivana pun mulai memacu tubuhnya naik turun di tubuh berlemak pria itu. Alexander mendekap punggungnya dan mendekatkan payudara gadis itu ke mulutnya sehingga ia dapat melumat bongkahan gunung kembar itu. Bermain di Capsa menangkan jackpotnya

Dalam posisi yang sebegitu rupa ini membuat bongkahan dari pantat gadis yang berkulit putih mulus licin itu semakin mencuat keatas mempertontonkan lonjakan-lonjakan kejantanan Alexander yang masih terlihat seret keluar masuk pada vaginanya.

Kedua biji pelir lelaki itu yang menabrak-nabrak jalan masuk lobang pantatnya semakin nyata mengiringi lelehan lendir kewanitaannya yang telah bercampur aduk dengan darah keperawanannya nan terus menggenangi mulut vaginanya dan dijadikan bulan-bulanan oleh pria itu.

Ivana terus mengerang menahan nikmat… tubuhnya bergetar akhirnya nafsunya selama sekian lama dapat ia tumpahkan. Alexander meremas dan mengenyoti payudara itu dengan kasar membuat gadis itu meringis kesakitan, namun kenikmatan di vaginanya membuat ia bergetar membusungkan dadanya ke atas seolah pasrah untuk diremas dan diremukkan tuannya.

Alexander kemudian menggeser tubuh gendutnya hingga duduk bersandar pada kepala ranjang lalu mengangkat kedua lengan Ivana ke atas lalu mencengkramnya membuat ketiak gadis itu terpampang dengan indahnya dengan bulu-bulu halus yang menggairahkan. Mulut Alexander terbuka lebar… siap melubat bibir lembut Ivana.

“Aahh… “ Ivana semula pasrah untuk menyerahkan bibirnya untuk di lumat, namun begitu Alexander membuka bibirnya, tercium bau nafas yang menyengat seperti bau telur busuk.

Ivanapun menggelengkan kepalanya berusaha menghindar dari lumatan bibir tebal Alexander. Cuma itu yang bisa ia terus lakukan karena tangannya telah dikunci dengan rapat oleh tangan Alexander. Alexander menjadi kesetanan mengamuk, dengan menghujamkan penisnya dalam dalam vagina Ivana.

“Ahh… ahh,… noo!!” Ivanapun mengerang membuka mulut hingga ia akhirnya menyambut bibir tebal Alexander seperti beruang yang memakan mangsanya, lidah merekapun berpangutan

Ivana sudah tidak peduli lagi dengan bau telor busuk yang membuat nya ingin muntah, yang ia inginkan sekarang adalah menyerahkan bibirnya kepada tuannya. Tubuhnya mengejang untuk kesekian kalinya. Ia orgasme berkali-kali membuatnya semakin bernafsu, semakin haus untuk disetubuhi.

Namun Alexander belum menunjukkan tanda-tanda ingin menyudahi permainannya . Ia terus menggenjot tubuh mungil Ivana yang telah banjir keringat. Baru sepuluh menit kemudian, tiba-tiba Alexander berhenti menggenjot membuat Ivana jadi seperti cacing kepanasan.

“ Aahh tuan… terus entot saya ..tuan saya mohon… fuck me please!“Ivana memohon sambil menggoyangkan pinggulnya.

“Eh Pelacur… kalau you mau difuck.. buka mulut you..”

Ivana segera membuka mulutnya lebar-lebar,

“Telan ludah saya sebanyak-banyaknya, mengerti?!”

Alexander kemudian mengeluarkan ludahnya dari tenggorokannya yang berwarna kuning kehijau-hijauan di mulut Ivana. Ivana menelannya namun baunya yang busuk membuatnya ingin muntah, tapi tusukan di vaginanya membuat ia kembali membuka mulutnya..

“Gimana pelacur, love it?” tanya Alexander sambil memilin kasar puting kiri Ivana

“So much Tuan..ahhhhhhhh…” Ivana begitu gembira karena vaginanya kembali digenjot dengan kasar hingga ke rahimnya.

“Mau lagi pelacur.. ??”

“Saya minta lagi tuan ludahnya.. ahhh.. ahh…” erang Ivana yang vaginanya makin berkedut nikmat karena digenjot habis-habisan.

Dadanya yang dibusungkan ke atas diremas dengan sekuat tenaga lagi.

“Kalau mau minta.. ya harus mohon!! Beg it bitch!!”

“Mohon tuan ludahi bibir saya lagi”

“Enak saja bitch, maunya gratisan.. hahahha….”

Ivana seperti terhipnotis menangis sambil memohon “mohon… Tuan.. Ludahi saya lagi.. saya haus… saya mohon huuhu.. saya rela melakukan apa saja.. tapi saya mohon ludahi bibir saya lagi tuan…”

Alexander menjadi sedikit iba, kemudian akhirnya meludahi mulut Ivana berkali-kali dengan ludah yang kekuning-kuningan. Ivana segera menelannya, vaginanya kembali berkedut kedut dengan dasyat.

“Ahhhh tuaaann…..” Ivana membusungkan dadanya ke atas membuat Alexander menjadi sangat bernafsu. Bule bejat itu seperti kesetanan, ia menyentakkan penisnya ke atas hingga membentur dinding rahim Ivana dan mengoyangkan pinggulnya dengan dahsyat. Ivanapun kesetanan memeluk tubuh berlemak Alexander dengan erat seolah tak ingin berhenti disetubuhi.”

Tuan.. Hamili saya tuan.. ahh,…. Keluarkan sperma di dalam saya mohon” erangnya tanpa malu-malu
Alexander menggigit leher Ivana sambil meremas kedua belah payudaranya sekuat tenaga sehingga membuat tubuh gadis itu menggelinjang.

Gelombang orgasme yang dahsyat membuat tubuh gadis itu terbanting-banting, Ivana segera menjilati ketiak tuannya yang berbulu lebat. Penis Alexander semakin keras dan “aaahhhh…ahhh…yesss….cumm again bitch!”

Keduanya mengejang seperti kesetrum. Alexander menusuk sekuat tenaga menuju rahim Ivana yang paling dalam. Crrooottt…Crootttt… Croooottt…Croottt..Crooot.. menyemburlah lahar panas Alexander..
Membanjiri tubuh mungil Ivana. Diiringi dengan Tubuh Ivana yang bergetar mengeluarkan cairan klimaksnya

Keduanya akhirnya lemas dan berpelukan erat, mulut mereka berciuman dengan ganasnya selama 5 menit. Kemudian…

“Hahahaha…you memang naughty bitch…a virgin bitch, i’m fucking love it!” sahut Alexander melihat vagina Ivana yang mengeluarkan banyak darah bercampur sperma yang banyak sekali.

Alexander tidak memberikan Ivana yang kepayahan istirahat.

“Pelacur ayo sekarang bersihkan kontol saya!”perintahnya

“Baik tuan..” Ivana pun segera menjilati penis tuannya seperti mengemut es krim.

Leleran sperma yang bercampur cairan kewanitaannya itu ia jilati sambil menahan jijik. Setelah bersih, Alexander memasukkan Ivana kedalam kerangkeng berukuran kubus 1×1 M lalu menggemboknya.

“Tunggu disini pelacur , mulai sekarang kamu cuman anjing betina haus seks. Saya akan beli makan dulu buat kita dan panggil teman-teman saya. Sebentar lagi teman-teman saya dari club bondage akan datang layani dengan baik. It will be more crazy…huahahahaha” tawanya seperti peran-peran antagonis di fillm

“iya tuan… saya akan tunggu” jawab Ivana pasrah, tidak terasa air mata menetes dari pipinya, baru pernah ia direndahkan sedemikian rupa seumur hidupnya, tapi mengapa justru ia malah ingin meneruskan kegilaan ini?

“Anjing itu tidak bisa berbicara..Anjing goblok!” sambil menepuk keras pantat Ivana hingga merah

“Guk..Gukk… “ gonggong Ivana menirukan suara anjing sambil menggangguk lemah pasrah air matanya kembali menetes

“Hahhaaha… bagus.. kamu mesti banyak belajar” tawa Alexander sambil keluar kamar dan mengunci pintunya.

Tak begitu lama terdengar suara mobil meninggalkan pondok itu meninggalkan Ivana yang cuman bisa meringkuk menahan rasa sakit sekujur tubuhnya yang terasa remuk seperti terlindas buldoser. Kini ia hanya anjing yang akan menuruti apapun perintah tuannya. Ini baru awal, ia belum bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.


Previous Post
Next Post