Senin, 26 April 2021

Cerita Sex Binik Tetangga

Cerita Sex Binik Tetangga

Cerita Sex Binik Tetangga

Cerita Dewasa kali ini menceritakan tentang kisah Cerita Sex Binik Tetangga , cerita ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu penulis cerita yang di tuangkan menjadi sebuah cerita sex yang membuat nafsu gitu mengebu ngebu. Silahkan di simak langsung Cerita 17+ kali ini :

Cerita Sex Binik Tetangga - Aku, riyans, adalah seorang laki-laki yang sudah beristri dan mempunyai seorang anak yang sudah berumur 7 tahun dan sudah bersekolah di kelas 1 SD. Karena anak kami masih kecil dan jarak antara rumah kami dengan SD tempat anak kami bersekolah cukup jauh maka setiap hari istriku mengantarkan anak kami ke sekolah.Kami mempunyai tetangga, suami istri, yang sudah sangat akrab dengan kami. Istrinya, sebut saja Riri, sangat akrab dengan istriku sehingga hampir setiap hari ia bermain ke rumah kami, dan kalau berkunjung ke rumah kami biasanya ia langsung masuk tanpa mengucapkan salam atau membunyikan bel. Suaminya sendiri bekerja di perusahaan swasta yang seringkali pulang malam dan kebetulan mereka belum dikaruniai anak.

Riri biasa memanggil istriku dengan sebutan Teteh sedangkan kepadaku ia biasa memanggil Mas Ary. Ia adalah seorang wanita yang cantik, kulitnya putih bersih, dan bodinya pun menggiurkan namun sangat bersahaja dan lugu, tak pernah neko-neko, baik dalam cara berpakaian maupun cara bergaul, pokoknya polos. Kalau berkunjung ke rumah kami biasanya ia hanya memakai daster, atau kadang-kadang memakai kain, namun bagiku hal tersebut menjadikan dia sangat seksi.

Aku merasa sangat senang kalau ia berkunjung ke rumah kami dan berlama-lama mengobrol dengan istriku sebab aku bisa berlama-lama pula mengintipnya dari balik garden kamar memperhatikan tubuhnya yang bahenol. Bahkan kalau sudah tidak tahan aku pun melakukan onani sambil mengintipnya dan membayangkan seandainya tubuh Riri itu bugil dan aku menggumulinya. Bahkan tidak jarang ketika aku sedang menyetubuhi istriku pikiranku berfantasi seolah-olah aku sedang menyetubuhi Riri, dan memang dengan berfantasi seperti itu aku merasakan kenikmatan yang lebih dari biasanya.

Namun aku sering merasa kesal karena orang yang sering kubayangkan tersebut selalu bersikap acuh terhadap diriku. Aku sering mencoba memancing ke arah pembicaraan yang agak menjurus namun ia tidak pernah menanggapinya, bahkan pura-pura tidak mendengarnya. Sikapnya tersebut membuat diriku semakin merasa penasaran.

Pada suatu hari istriku minta izin kepadaku untuk pergi ke rumah saudaranya yang rumahnya agak jauh, setelah pulang dari sekolah anak kami, dan diperkirakan baru akan pulang ke rumah sore harinya. Aku pun tidak berkeberatan karena aku pun tidak akan pergi ke mana-mana sehingga tidak khawatir dengan keadaan rumah kami. Aku pun bersantai-santai saja di rumah sambil menyetel vcd porno yang tidak berani kusetel bila anak kami sedang berada di rumah. Aku menikmati tontonan yang merangsang tersebut sambil membayangkan bahwa yang bermain di dalam film porno tersebut adalah aku dan Riri. Aku terhanyut dalam bayangan bahwa diriku sedang menggumuli tubuh bugil Riri. Kebetulan sudah seminggu kontolku tidak mendapat jatah karena istriku sedang berhalangan. Kontolku sudah sangat ngaceng.

Sedang asyik-asyiknya aku menonton sambil mempermainkan kontolku tiba-tiba pintu yang lupa aku kunci dibuka orang sehingga kontan kumatikan vcd player yang sedang kusetel.
Ternyata yang membuka pintu tersebut adalah Riri yang langsung masuk sambil memanggil-manggil istriku:

“Teh ……. Teh ……”. Ia memakai kain dan baju atasannya agak terbuka atasnya, sehingga pangkal buah dadanya yang putih mulus dan montok terlihat sedikit.

Kain yang dipakainya agak basah, mungkin ia baru selesai mencuci sehingga pinggulnya tercetak dengan jelas dan aku tidak melihat garis segitiga di balik kain yang dikenakannya itu sehingga aku berkeyakinan bahwa ia tidak memakai celana dalam. Hal itu menyebabkan aku semakin terangsang.

“Mas, Tetehnya ke mana?” tanyanya.

“Ke rumah saudara, pulangnya nanti sore!” jawabku,

“Memangnya mau apa sih Ri?” tanyaku.

“Anu Mas, mau pinjam seterikaan, kepunyaan saya rusak”. Datanglah setan membisikkan ke dalam diriku bahwa aku harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mewujudkan hal yang selama ini selalu menjadi fantasiku.

Aku berkata:
“Biasanya sih di kamar tidur, ambil saja sendiri!”, padahal aku tahu bahwa seterikaan tersebut tidak disimpan di kamar tidur.

Ketika Riri pergi ke kamar tidur untuk mencari seterikaan aku segera mengunci pintu agar tidak ada orang lain yang mengganggu rencanaku. Kontolku sudah sangat keras karena ingin segera mendapat jatah.

Dari dalam kamar tidur terdengar Riri berkata:

“Kok enggak ada Mas, di sebelah mana ya?” Aku pun masuk ke kamar tidur dengan hanya mengenakan sarung tanpa memakai celana dalam supaya rencanaku tidak terhambat dengan cd.
Nampaknya Riri tidak menaruh curiga apa-apa.

“Mungkin di bawah tempat tidur!” kataku. Kemudian Riri pun melihat ke bawah tempat tidur, tentu saja sambil menungging.

Ketika Riri menungging aku melihat sebuah pemandangan yang sangat indah dan sangat menggairahkan. Pantat Riri yang bahenol tercetak ..pada kain yang dikenakannya, dan sekali lagi aku yakin bahwa Riri tidak memakai celana dalam karena aku tidak melihat garis segitiga pada pantatnya yang bahenol itu.

Karena sudah tidak tahan maka aku pun segera memeluk tubuh Riri dari belakang sambil menggesek-gesekkan kontolku pada pantatnya. Ternyata Riri memberikan reaksi yang tidak kuharapkan. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukanku sambil memaki-maki diriku,

“Mas apa-apaan sih? Lepaskan diriku, aku tidak mau melakukan ini, kamu bajingan Mas, tidak kusangka!” Melihat reaksinya yang seperti itu pada mulanya aku pun merasa ragu untuk melanjutkan perbuatanku, namun rupanya bisikan setan lebih dahsyat daripada akal sehatku, sehingga walaupun 
Riri meronta-ronta sambil memaki-maki aku tidak peduli, bahkan aku semakin bernafsu.

“Ampun Mas, lepaskan aku, aku tidak mau melakukan hal yang seperti ini!” Riri berkata sambil menangis dan meronta-ronta.

Aku semakin ganas, kuhempaskan tubuh Riri ke atas tempat tidur sambil kutarik kainnya secara paksa sehingga kain tersebut lepas dan terlihatlah kemaluan Riri yang ditumbuhi bulu yang lebat. Aku pun semakin bernafsu, aku berusaha untuk membuka pakaian bagian atasnya, namun aku mendapat kesulitan karena Riri selalu mendekapkan tangannya erat-erat di daarya sambil terus menangis, kakinya pun selalu dirapatkan erat-erat sambil menendang-nendang sehingga aku mendapat kesulitan untuk memasukkan tubuhku di sela-sela pahanya.

Mungkin karena sudah lelah atau karena lengah pada suatu kesempatan aku mendapat kesempatan untuk merenggangkan pahanya dan tubuhku berhasil masuk ke sela-sela pahanya. Dari sana aku berusaha untuk melepaskan pakaian bagian atas Riri dan sekaligus bh-nya yang pertahankan dengan gigih, sambil meronta-ronta, menjerit-jerit, memukul, dan mencakari tubuhku.

Akhirnya aku berhasil menyobekkan pakaian bagian atasnya dan melepaskan bh-nya, dan aku pun berhasil mendaratkan bibirku pada susunya yang masih keras, maklum belum dipakai menyusui, kecuali suaminya. Tidak ayal lagi aku pun menciumi susunya dan sesekali mengulum putingnya dan menyedotnya. Diperlakukan demikian Riri mendesah, namun ia masih terus melakukan perlawanan dengan cara meronta-ronta sambil menangis, walaupun rontaannya sudah agak melemah, entah karena kecapekan entah karena mulai terangsang.

Sejalan dengan itu pertahanan pahanya pun mengendur sehingga lambat laun kontolku yang sudah super tegang berhasil menyentuh bagian luar memeknya dan kugesek-gesekkan kontolku untuk mencari lubang yang selama ini aku idam-idamkan.

Akhirnya kontolku berhasil menemukan lubang idaman tersebut, dan secara perlahan tapi pasti aku pun memasukkan kontolku ke dalam lubang tersebut. Ketika kontolku berhasil melakukan penetrasi ke dalam lubang memeknya serta merta terdengar mulut Riri mendesah dan merintih, badannya pun menjadi lemas, perlawanannya mengendur, dan ketika penetrasi kontolku kusempurnakan dengan tekanan yang mantap ia pun menjerit tertahan,

“Aaaaaaahhhh ……… Maaaassssssss …………..”. Inilah reaksi yang sangat aku harapkan …..

Ketika kontolku aku naikturunkan dengan cepat pantat Riri pun mengimbanginya dengan gerakan sebaliknya. Sekarang bibirku pun dengan leluasa tanpa hambatan bermain di puting susunya, sesekali aku bergerilya di ketiaknya yang ditumbuhi bulu yang lebat, aromanya yang agak bau keringat sangat aku senangi sehingga semakin meningkatkan gairahku. Tangan Riri yang tadinya dipergunakan untuk memukuli dan mencakar tubuhku kini ia pergunakan untuk memeluk dan mengelus-elus punggungku.

Tadinya ia menangis dan menjerit-jerit karena menolak kini ia menjerit-jerit dan mendesah serta mengerang karena gairah yang memuncak.

“Aaaaaahhhhhh ……..…….. Eeeeeeeemmmmmmhh ……… Aduuuuuuuhhhhhhh ………. Ssssssshhhhhhh ………. Sssssssshhhhh ………… sssssshhhhhhh ………. Hhhhhhhmmmmmmmhhh ………….. Maaaaassssssss ……….. Nikmaaaaaaaaatttttttt”.

Riri meladeni semua permainanku dengan sangat agresif, kami berguling-guling di atas tempat tidur, kadang aku di atas kadang Riri yang di atas. Nampak sekali ia sangat menikmati permainan ini, sama sekali tidak tampak bekas-bekas penolakannya.
Ketika aku suruh dia menungging untuk melakukan posisi dog-style ia menolak,

“Jangaaaaaan Masssssssss, jangan dari dubuuuuur …… aku tidak suka, jijiiiiiiiiikkkkk” Rupanya ia mengira bahwa aku akan menyodominya karena oleh suaminya ia tidak pernah disetubuhi dari arah belakang.

Aku pun memaksanya untuk menungging, posisi yang sangat aku sukai ketika bersetubuh dengan istriku. Dengan terpaksa Riri menuruti keinginanku. Pemandangan yang aku lihat saat Riri menungging semakin meningkatkan birahiku, pantatnya yang putih dan bulat serta memek berbulu yang terjepit oleh pahanya, aaaahhhh …….. sungguh menggairahkan. Segera aku arahkan kontolku yang masih sangat tegang itu ke arah memeknya yang terjepit oleh paha mulus.

Ketika kontolku secara perlahan-lahan masuk ke dalam memeknya, Riri menggelepar-gelepar 
…..sambil kelojotan merasakan sensasi yang baru ia rasakan setelah beberapa tahun menikah.

“Aaaaaaaaawwwwww ………….. Maaaassssssss ……….. Enak sekaliiiiiiiiiiiiii ……….. Terus Maaassssss jangan lepaskan kontolmuuuuuuuuuu ………. Adduuuuuuuuhhhhhhh ……….. teruuuuuus tekaaaannnnnnnnn yang keraaaaaaaaassss …….. kalau bisa dengan kanjutnyaaaaaaaa ……….! Tangannya menggapai-gapai ke belakang ingin menarik pantatku agar kontolku masuk lebih dalam lagi.

Dengan leluasa pula kedua tanganku mempermainkan susunya yang menggelantung dengan indah. Maka erangan Riri pun semakin menjadi-jadi karena ia mendapat kenikmatan dari dua arah. Memeknya yang aku kocok terus dengan kontolku dan susunya yang terus aku permainkan dengan tanganku.

Riri pun menjerit dan mengerang dengan histeris, mulutnya meracau mengeluarkan kata-kata jorok yang semakin merangsang diriku.

“Maaaaaasssss ……….. jangan lepaskan kontolmu dari memekku, puaskanlah memekku dengan kontolmuuuuuuuu ……….. aku baru merasakan kenikmatan yang seperti ini, kontoooooolllllllll …………. Aaaaawwwww ………. Maaassssss, aku ingin agar kontolmu terus berada di dalam memekku ……. Aaaaaaaahhhhhhhhh ……….. sssssshhhhhhhhhhhhhh ………… sssssshhhhhhhhhh …………..

Kucabut kontolku dari memek Riri karena aku sudah merasa agak lelah dengan posisi tersebut.
Riri menyangka bahwa aku akan menyelesaikan eweanku terhadap dirinya, ia marah-marah dan meminta agar aku segera memasukkan lagi kontolku ke dalam memeknya,

“Mas jangan dicabut dong kontolnya, Aku belum orgasme nih! Ayo masukkan lagi! Aaaaahhhhh ……….. Kontolmu Maaaaasssss ………”. Namun aku mempunyai rencana lain. Aku minta agar Riri berbaring telentang dengan kaki menekuk.

Aku segera mengarahkan mukaku ke memeknya, mula-mula aku jilati bagian dalam pahanya, kemudian aku jilati memeknya dan aku hisap itilnya. Diperlakukan demikian kontan Riri menjerit karena ia tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu, dan memang ia tidak pernah diperlakukan demikian oleh suaminya. Suaminya sangat konvensional.

“Aaaaaawwwwww ……………… Maaaaaassssss ………. Geliiiiiiiiiiii …….. tapi nikmaaaaaaatt ………. Terus Mas hisap itilkuuuuuuuu ………, jilat memekkkuuuu ……… agak ke bawah Masss, ya …….. ya …….. benar disitu Maaaaasssss, ………. Aaaaaaaawwwwwww ………. Maaaasssssss …….. mana kontolmu …. Kesinikan …….. aku ingin mengulumnya ……..” 

Maka aku pun berputar untuk menyodorkan kontolku ke melut Riri, dan kami pun mempraktekkan posisi 69. Kontolku dijilati oleh Riri, kadang-kadang dikenyotnya dalam-dalam. Aku pun mengerang sambil terus menghisap memek Riri yang sudah dipenuhi oleh lendir.

Ketika aku merasa bahwa aku akan mencapai orgasme aku pun mencabut kontolku dari mulut Riri dan segera memasukkannya ke dalam memeknya sambil terus digenjot. Nampaknya Riri pun sama akan mencapai orgasme, gerakan pantatnya semakin liar, desahannya semakin kerap. Dan ketika aku merasa ada yang mendesak di dalam kontolku aku pun menekankannya keras-keras ke dalam memek 
Riri sambil memeluk tubuhnya erat-erat, Riri pun demikian pula, ia memeluk tubuhku erat-erat sambil menahan tekanan kontolku.

Maka kami pun mengalami orgasme secara bersamaan dan kami pun sama-sama mengeluarkan suara erangan yang panjang sebagai tanda bahwa kami berada pada puncak kepuasan.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh …………. Ssssssshhhhhhhhhhhh …………….. Maaaaaaaaaaasssssss ………….., Heeeeeeeeeennnnnnnn. Tubuh kami pun terkulai bermandikan keringat, Riri memeluk erat-erat tubuhku seolah-olah tidak mau lepas selamanya.

Ia berbisik dengan manja sambil nafasnya terengah-engah, “Mas maaf yah atas kelakuanku terhadap Mas Ary tadi! Tadinya Riri kira ngewe itu dengan siapa pun rasanya sama saja, ternyata ngewe dengan Mas Ary itu beribu-ribu kali lebih nikmat dibandingkan dengan ngewe bersama suami Riri. Terus terang saja kadang-kadang Riri merasa bosan ngewe dengan suami Riri karena ia hanya mementingkan diri sendiri.

Baru kali ini Riri mengalami yang namanya orgasme.

‘Ah kontol Mas Ary sangat perkasa, aaaahhhhh ………. Kontooooooool……. Kamu ini kok nikmat sekali!”. Sambil berkata demikian ia mempermainkan kontolku sehingga kontolku tegang kembali.

Melihat kontolku sudah ngaceng kembali Riri merengek meminta ngewe kembali.

“Mas, ngewe kembali yu? Tuh kan kontolnya sudah tegang kembali, Riri akan meladeni Mas Ary sampai kapan pun kontol Mas Ary sanggup menancap di dalam memek Riri! Ayo dong Mas!” Aku pura-pura tidak mau (padahal nafsu sih sudah sampai ke puncak ubun-ubun)

“Enggak mau ah nanti suamimu keburu pulang, lagi pula Riri kan mau menyeterika, kita cari saja seterikaan itu”.

“Enggak Mas, suamiku sedang pergi ke luar kota, baru besok ia pulang. Soal seterikaan sekarang sudah menjadi ……nomor ke berapa, jauh lebih penting kontolmu Mas dibanding dengan seterikaan. 

Menyeterika itu seringkali terasa membosankan tetapi ngewe denganmu rasanya aku tidak akan pernah bosan maaaaaasss ……. Cepet doooongngng ……… coba raba memekku Mas, sudah sangat basaaahhhh masssss, ayo doooooong ……., kontoooooollllll …….”, Riri menjawab, ia tetap merengek meminta agar aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya, namun aku diam saja seperti tidak mau.

Karena aku tidak bereaksi maka Riri pun mengambil inisiatif, ia segera naik ke atas tubuhku, menciumi dadaku, menyodorkan susunya ke mulutku agar kuhisap, menyodorkan ketiaknya agar aku menjilatnya, dan menyodorkan memeknya ke mukaku,

“Mas, jilat dong memekku, hisap itilnya sesukamu, aku inghin mendapat kenikmatan lagi, silahkan dong Maaasssss …..!”. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang menggairahkan ini, segera aku menjilati memeknya dan menghisap itilnya, kadang-kadang menggigitnya.

Diperlakukan demikian Riri mendesah dan mengerang sambil pinggulnya tidak henti-hentinya menggelinjang,

“Aaaahhhhh ……… Maaasssss ……… terus beri aku kenikmataaaaaan, aaaawwwww …….. jangan terlalu keras menggigitnya dooooong Mas, aaahhhhhhhh ………. Ssssshhhhhhh ……… ssssssshhhhhhh ……….. nikmaaaaaaat ……….”.

Tidak lama kemudian ia mengarahkan lubang memeknya ke arah kontolku yang memang sudah ngaceng dari tadi dan kontolku pun menyambutnya dan terus melakukan penetrasi sambil terus kunaikturunkan pantatku untuk mengimbangi goyangan pantat Riri. domino qq

“Aaaaaaaaaaaahhhhhhhh ……….. ssssshhhhhhh ……..”, Riri pun menjerit karena merasa senang diperlakukan demikian,

“aaaaaahhhhh …….. hmmmmmhhhhhh ………. Massssssss …….. terus tancapkan kontolmu ke dalam memekku ……… ssssshhhhhhhh ……. aku rela maaaasssss …….. Maaassss bulu kanjutmu menambah kenikmatan memekku maaaaasssss …….. aaaahhhhhhh ……. Kontoooollllll ……..

Setelah berlangsung agak lama Riri meminta aku mencabut kontolku dan menusuknya dari belakang,

“Maaaaasssss …….. cabut dulu kontolmuuuuuuuu …….. aku ingin ditusuk dari belakang aaaaahhhhhhhh ……… cepet maaasssss tusuk memekku dari belakaaaaaaang ……… Maaaaassssss …….. aaaaaaaahhhhh …….. sssshhhhhhhh …….. Maaassssss …….. Riri memang hebat, kini ia 
sangat agresif dan pandai merangsang serta memuaskan lawan mainnya. Ia langsung bisa mengimbangi permainanku dalam bersetubuh.

Kami pun melakukan berbagai variasi dan posisi dalam bersetubuh, dan kami selalu mengalami orgasme secara bersamaan.

Sejak saat itu aku dan Riri sering melakukan persetubuhan, tergantung siapa yang lebih dulu menginginkan maka dialah yang menghampiri lebih dulu. Kadang-kadang Riri datang ke rumahku ketika istriku sedang tidak ada di rumah. Kadang-kadang aku yang datang ke rumahnya ketika suaminya sudah pergi. Tidak jarang ketika aku datang ke rumahnya Riri sedang mencuci pakaian di kamar mandi maka kami pun bersetubuh di kamar mandi, kadang-kadang kami bersetubuh di dapur kalau kebetulan ia sedang memasak, kadang-kadang pula kami melakukannya dengan berbasah-basah di lantai bila ia sedang mengepel. Dan setiap variasi persetubuhan yang kami lakukan selalu memberi sensasi baru kepada kami.

Riri semakin sering berkunjung ke rumahku, walaupun sedang ada istriku. Kalau ia berkunjung ke rumahku dan istriku sedang di kamar mandi atau sedang ke warung kami memanfaatkan waktu yang sebentar tersebut dengan seefektif mungkin untuk ngewe atau sekedar saling mempermainkan kemaluan kami masing-masing. Atau kalau kami berpapasan maka tangan Riri tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk menjawil kontolku dan aku pun selalu mencubit memeknya yang memang seolah-olah ia sodorkan untuk kucubit atau kujawil dan kuremas susunya.

Kini, setelah aku mempunyai lubang kenikmatan yang baru, yaitu memek Riri, aku pun tidak terlalu banyak menuntut kepada istriku, demikian juga Riri, ia tidak lagi suka meminta jatah kepada suaminya.

Bagaiman Dengan Cerita Sex Binik Tetangga  ? Seru bukan ? Dan jangan lupa untuk di simak Cerita Dewasa lainnya Seperti di bawah ini :
Previous Post
Next Post