Minggu, 21 Oktober 2012

Ayu Pembantuku Sayang

Kisah ini terjadi saat gw SMA, sekitar 10 tahun yang lalu. Saat itu di rumah kami kedatangan seorang pembantu baru dari sebuah desa di provinsi tpt gw tinggal, sebut saja Ayu namanya. Seorang wanita single berparas biasa saja menurut gw, tapi berkulit putih mulus, usia sekitar 22 tahun.

Sebenarnya Ayu bukan lah orang yang terbiasa menjadi pembantu, bukan pula berasal dari orang yg tidak berkecukupan. Namun karena dia sering berselisih dengan orang tua nya, jadi dia memutuskan untuk merantau ke kota. Takdir lah yang membawa nya ke rumah kami untuk bekerja sekaligus disekolahkan di kursus keterampilan, hingga muncul lah cerita ini.

Di rumah hanya ada gw, kedua orang tua gw, adek dan ayu. Bapak gw membuka usaha toko di depan rumah, sementara Ibu gw pegawai. Jadi setelah pulang sekolah, di rumah hanya ada gw, ayu, dan adek gw. Bapak gw lebih sering di toko depan walau sesekali masuk ke rumah, sementara adek gw lebih sering di kamar habis pulang sekolah. Dengan jumlah orang yang sedikit, kami pun cepat sekali akrab dan sering bersenda gurau.

Meskipun di rumah dia selalu menggunakan pakaian yang sopan, namun tidak mengurangi kekagumanku akan keputihan dan kemulusan kulit nya. Apalagi di usia ku saat itu sedang bergejolaknya jiwa muda, yang ingin tahu tentang lawan jenis nya. Menginjak bulan ketiga, Ayu mulai sering curhat tentang masalah2 nya dengan orang tua nya. Aku pun menjadi pendengar yang baik hingga kami pun semakin dekat. Terkadang saat bercanda, gw sengaja merapatkan duduk dengan dia. Atau saat dia sedang tiduran di sofa, tiba2 gw datang ikut tiduran di belakang nya sambil menggelitik badannya hingga Ayu tertawa terpingkal2. Dengan posisi tiduran berdua di sofa yang sempit otomatis tubuh kami pun merapat dan kemaluan gw pun menegang di antara bongkahan pantatnya.

Entah Ayu menyadarinya atau tidak, namun kejadian2 yang berulang2 membuat gw semakin berani. Sampai suatu siang, saat sedang bercerita di kamar tempat setrika. Gw iseng2 nanya.

Gw (Ardi) : Mbak, udah pernah ciuman belum?
Ayu : Lho, kok nanya gituan
G : Gpp mbak nanya aja, hehehehe
A : belom diii, pacar aja belum pernah punya. Ga boleh sama bapak
G : oooooo….. hhhmmmmm…….. sama mbak, gw juga belom. eeeee….. mbak…, cobain yukkk

Ayu hanya melongo tak menjawab. Gw rapatkan duduk ke samping Ayu. Kutatap wajah nya, perlahan kumajukan tubuh ku hingga bibirku menyentuh bibir Ayu. Tak ada perlawanan. Reflek kurangkul tubuh Ayu dan makin kulumat bibir mungil nya. Kulihat Ayu memejamkan mata sambil sesekali membalas lumatanku. Tangan Ayu pun sudah melingkar di leherku tanda dia mulai menikmati cumbuan ini. Bekal sering menonton film biru sangat memberi manfaat saat situasi spt sekarang, meskipun jantung ku pun berdegup kencang karena ini pertama kali nya aku mencium wanita. Lidah ku bermain di dalam rongga mulutnya, menjelajahi langit2 mulut Ayu. Kudorong tubuhnya hingga rebahan di kasur. Kujilati telinga dan setiap cm lehernya. Ayu hanya diam dan memejamkan mata. Namun kemudian terdengar suara langkah kaki dan kami pun reflek bangun dan kembali ke posisi semula seolah tak terjadi apa2.

Begitu terus kejadian berulang setiap harinya. Aku pun merasa takut untuk melakukan yang lebih jauh meski disisi lain aku ingin melihat tubuhnya. Namun entah akal dari mana, aku mempunyai kesimpulan. Kesimpulan seorang bocah SMA mungkin . Saat itu aku berpikiran kalau ingin melihat tubuh Ayu, berarti aku harus memperlihatkan tubuh aku lebih dulu, agar aku enak memintanya membuka baju. Dan ternyata siasat ini 100% sukses .

Seperti biasa siang saat sesi ciuman berlangsung. Kuraih tangan Ayu dan kuarahkan menyentuh kemaluanku.
G : Mbak, ini penis kemaluan laki2. Kalau dielus2 nanti bisa makin besar terus bisa ngeluarin cairan. Cairan itu yang kalo dikeluarin di dalam vagina mbak bisa jadi anak. (Itu kata2 polos yang keluar dari mulut gw, udh kayak guru biologi aja ). Mau liat ga mbak?

Ayu pun mengangguk pelan. Gw keluar kamar melihat situasi. Dirasa aman, gw tarik ayu ke kamar mandi belakang. Setelah mengunci pintu, gw langsung lepas celana. Batang penis gw pun berdiri tegak dengan kokohnya.

A : woww… (sambil tangan nya langsung memegang penis gw)
G : mbak, coba dikocok2 tangan nya terus nanti diemut biar cairannya bisa keluar (gw ajarin Ayu ngocok dan oral Mr.P gw)

Ajaib nya (atau saking polosnya ) Ayu nurut aja. Sampai akhirnya ejakulasi tak tertahan lagi. Semburan sperma pun muncrat di mulut Ayu. Ayu pun kaget. Namun setelah kurayu, ditelan nya juga sperma itu walau cuma sebagian. Setelah itu gw langsung bersih2 dan kabur ke kamar gw, takut ketauan .

Esok harinya,

G : Mbak gimana kemaren enak ga?
A : Enak di, lagi yukk (sambil cengengesan)

Kutuntun Ayu ke kamar setrika, langsung kupeluk dan kuciumi bibirnya. Namun Ayu langsung jongkok dan menarik keluar batang ku dari sangkarnya.
“Kangen sama burung kamu di”, ujarnya. Tak butuh waktu lama, aku sudah dibuat merem melek dioral Ayu. Namun kali ini aku ga mau ketinggalan kereta. Aku angkat tubuh ayu dan kurebahkan ke kasur. Kulumat bibirnya, sementara tangan ku mulai merambah ke bukit kembarnya. Ayu mendesah kecil, membuat ku semakin semangat. Tanganku sudah berada dibalik kaosnya, mengelus2 perut mulus nya sambil sesekali naik keatas membelah selipan bra Ayu sampai mengenai putingnya. Sementara itu tangan Ayu tak lepas dari penis gw, dan desahannya pun semakin lama semakin kuat.

Perlahan kaos Ayu kusingkap sampai ke leher, kubuka kaitan bra nya. Ternganga aku melihat kedua payudara nya tergantung bebas di depan mata kepalaku. Sungguh pemandangan luar biasa.

A : Kenapa diliatin gitu di?
G : ehhh,… mbak cantik banget sih

Langsung kukulum puting payudara Ayu sambil kugigit2 kecil. Rintihan nikmat Ayu membuat nafsu ku semakin bergejolak. Kuremas dan kujilati terus kedua bukit kembarnya. Tubuh ayu pun menggelinjang tak tentu arah. Tangan kanan ku mulai bergerilya turun, mengelus pinggang halusnya kemudian menyelinap cepat ke balik celana pendek dan celana dalamnya. Remasan keras di bokongnya membuat Ayu kembali mendesah kencang. Kemudi tangan ku pun segera berputar ke arah depan meraih rerumputan di balik celana dalamnya. Namun aku dikagetkan dengan pegangan tangannya menghentikan aktivitasku.

“Di.. jangan. Mau ngapain..” ujarnya sambil menahan tanganku namun sama sekali tak berusaha menarik keluar tanganku.
“ya udah mbak, aku dari luar celana dalam aja ya..” ujarku mengalah. Aku tak ingin kenikmatan ini terhenti disini.

Kuelus2 dan kutekan2 vagina Ayu dari luar celana dalamnya. Terasa olehku bahwa celana tersebut semakin lama semakin basah. Gerakan kaki Ayu pun sudah tidak teratur lagi, menggelinjang ke kanan dan ke kiri, nafasnya memburu cepat. Dari selipan celana dalam bagian bawah kucoba menyelipkan jari2 tangan ku masuk menyelinap. Tak ada perlawanan kali ini. Dengan segera kutemukan klitoris nya dan kuraba. Karena merasa sudah diberi izin, aku kembali menyelipkan tangan dari arah atas, melewati rambut kemaluannya menuju ke arah klitoris dan vagina nya yang sudah sangat basah.

“Di…enak banget di…terusin di…”

Gerakan tangan ku menggesek2 vagina Ayu semakin cepat, sampai akhirnya tiba2 Ayu memeluk tubuhku kencang dan tubuhnya mengejang.

“Ahhhhh….ahhhhh….ahhhhhhh….. Di kamu apain aku…. Enakk dii…. ahhhhhhh…. “

Sesi di hari itu berakhir dengan semburan mani ku di mulut Ayu, seperti biasanya.

Setelah hari itu, kemesraan kami terus berlanjut. Bahkan sekarang Ayu lebih suka memakai kaos tebal tanpa BH dan rok agar aku lebih mudah menjamahnya kapanpun dimanapun. Terkadang saat Ayu lagi masak, aku muncul sekedar menjamah vaginanya dari balik rok nya yang ternyata sama sekali tidak ada lagi CD di baliknya. Atau saat Ayu sedang setrika baju, aku datangi sekedar untuk menyetor penisku ke mulutnya. Kejadian seperti itu berlanjut di hari2 selanjutnya. Namun memang tak pernah sampai ML karena di rumah selalu ada orang, jadi kondisi tidak memungkinkan.
Previous Post
Next Post